Lorem Ipsum

Jumat, 31 Desember 2010 | By: EurikA AlfianA

Pemikiran Pendidikan Islam NW


KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
TUAN GURU HAJI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID
(Pendiri Nahdlatul Wathan Lombok)




Disusun oleh :
Erlan Muliadi (10.226.105)




KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010




KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
TUAN GURU HAJI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID
 (Pendidri Nahdlatul Wathan- Lombok)
A.     Latar Belakang Masalah
Di setiap zaman ada kejadian fenomenal yang membuat orang terkesan, keheranan penuh kagum.  Dalam konteks ini kekaguman tersebut bisa kepada benda, hewan, ataupun orang sehingga disebut sebagai “pusat perhatian/ tokoh”. Dimaksud dengan tokoh oleh penulis disini adalah orang yang mendapat pengakuan secara umum dan luas karena kedalaman ilmu, kesolehan, dan akhlak yang mulia dari masyarakat sekitarnya atau biasa disebut Ulama.
Dalam persfektif al-Qur’an, dengan tidak bermaksud untuk mengotak-atik istilah ulama yang sudah terkesan baku, sebutan bagi orang-orang yang berilmu pengetahuan bermacam-macam yaitu Ulama’, Ulul ‘Ilmi, Ahludzikri, Arrasikhun Fil ‘Ilmi, Ulul-albab.  Kata Ulama disebut dua kali dalam al- Qur’an yaitu terdapat dalam surat as Syura 197 dan surat al Fathir 28.[1]
Para ulama memiliki peranan besar memberikan pengajaran kepada seluruh masyarakat di manapun mereka berada, tidak terlepas dengan Indonesia. Di mulai semenjak Islam masuk ke Indonesia abad 7 Masehi[2] kebenaran ini diperkuat dengan lahirnya tokoh Walisongo yang menyebarkan Islam keseluruh tanah Jawa.
Sedangkan agama Islam masuk ke pulau Lombok sekitar abad ke 16 disebarkan oleh Sunan Prapen putra Sunan Giri Al Fadhal, Sangupati dan lain-lain. Islam masuk ke Lombok dari dua arah yaitu:
a.          Melalui utara (Bayan) yang disebarkan oleh Sunan Penggiring dari Jawa Tengah. Ajarannya yang banyak adalah Sufi yang mengarah kepada singkretisme Hindu-Islam. Karenanya mudah diterima secara sukarela oleh masyarakat yang kemudian golongan ini dikenal dengan Wetu Telu.
b.         Dari arah timur (Lombok Timur) yang disebarkan oleh pendatang terutama pelaut-pelaut Makasar dan para pedagang dari Jawa. Sebagaimana diketahui bahwa pusat kerajaan Selaparang Islam semula di Labuhan Lombok sekarang yang kemudian ke bekas ibukota kerajaan Selaparang Hindu yaitu Watu Parang. Dari sini agama Islam oleh raja Rangke Sari disebarkan keseluruh Lombok[3].
Tiga abad kemudian semenjak Islam memasuki Lombok,[4] tepatnya pada abad 19 telah lahir tokoh-tokoh agama terkemuka di pulau ini seperti: Tuan Guru Pejeruk (1870), Tuan Guru Haji Mustafa Sekarbela, Tuan Guru Muhammad Ro’is (Wafat 1867), Tuan Guru Haji Abdul Hamid Pagutan (1827-1934).[5] Sedangkan abad 20 terdapat nama-nama tokoh penyebar agama Islam seperti: TGH. Muhammad Amin, TGH. Asyari, TGH Mukhtar Abdul Malik, TGH Abdul Karim, TGH. Abdul Hamid, TGH. Ibrahim, TGH. Muhammad Soleh Chambali, TG.KH. Zainuddin Abdul Majid, dan masih banyak lagi para tokoh Islam Pulau Lombok. Tokoh-tokoh di atas seluruhnya pernah menimba ilmu di Makkah al Mukkaramah bahkan sebagian di antara mereka telah menjadi pengajar agama Islam di Makkah. Akan tetapi karena pergolakan politik di kota suci Makkah saat itu sehingga mengakibatkan mereka terpaksa harus kembali ke Pulau Lombok Indonesia.
Sekembalinya ke tanah air mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam. Di antara sekian banyak ulama Lombok yang terpaksa harus kembali pada awal abad 20 adalah Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Kehebatan seseorang sebagai pendidik sebuah lembaga pendidikan dengan struktur sistem pendidikan belum bisa dikatakan sempurna apabila dikemudian hari lembaga dan sistem yang dikembangkannya ternyata output yang dihasilkan tidak mampu berbicara banyak dalam kancah yang lebih besar. Begitu pula sebaliknya, tidak sedikit lembaga pendidikan yang memiliki organisasi kelembagaan yang tidak terlalu rapi, dikatakan hebat, besar serta disegani oleh karena memiliki siswa, mahasiswa yang mampu berbicara banyak di kancah lokal, maupun nasional.
Melihat dari barometer ini maka Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memiliki apa yang dikemukakan sebagai output (murid) yang mumpuni[6] hal ini dibuktikan dengan keberhasilan para muridnya menjadi tokoh/ pemuka agama dan sekarang ini sebagian besar tokoh pemerintahan di pulau lombok termasuk Gubernur NTB priode sekarang dan hampir seluruhnya menjadi Tuan Guru dengan masing-masing lembaga pendidikan yang mereka pimpin. [7]
Merupakan ujian berat bagi setiap orang yang ingin mempertahankan keyakinan sebagai pilihan hidup. Oleh karena itu landasan idiologi sebagai pijakan atas konsep-konsep agama yang diinternalisasikan ke dalam dunia pendidikan merupakan suatu kekuatan mutlak dan wajib dimiliki oleh seorang pengasuh pendidikan agar tetap eksis saat itu.  
Di samping masih kurangnya partisipasi penelitian para sarjana pendidikan Islam Indonesia tentang para tokoh pemikir pendidikan Islam lokal. Juga semakin luasnya kemungkinan untuk melakukan studi sejarah tentang tema-tema lokal di luar aspek ekonomi dan politik yang memiliki relevansi dengan kehidupan bangsa Indonesia seperti pemikiran pendidikan Islam.[8]
 Kedua hal tersebut di atas (menemukan pemikiran pendidikan Islam dan studi tokoh ke Islaman lokal) yang menyebabkan penulis merasa tertantang melakukan sebuah penelitian tentang "Pemikiran Pendidikan Islam Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid”.

B.     Alasan Pemilihan Judul
Secara singkat setidaknya ada tiga hal mendasar yang menyebabkan Pemikiran Pendidikan Islam Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid urgen untuk ditelaah yaitu:
1.      Partisipasi kesarjanaan Indonesia dalam penulisan sejarah lokal masih sangat kurang sehingga perlu mendapat perhatian tersendiri.
2.      Masih terbuka kemungkinan memperluas tema-tema penelitian sejarah lokal di luar aspek ekonomi dan politik yang memiliki relevansi dengan kehidupan bangsa Indonesia, seperti masalah pemikiran pendidikan Islam dan pembiayaan pendidikan.
3.      Hingga proposal ini ditulis belum banyaknya  penelitian yang pernah mengkaji pemikiran pendidikan Islam tokoh ini khususnya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
C.        Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas timbul dua permasalahan yang penting untuk diketahui serta harus dijawab yaitu: 
1.      Bagaimanakah pandangan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tentang manusia dan ilmu?
2.      Bagaimanakah pemikiran Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tentang pendidikan Islam?
3.      Apa relevansi pemikiran Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam konteks kekinian?

D.    Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah: mengetahui pemikiran pendidikan Islam Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Adapun kegunaannya adalah: menambah khazanah pengetahuan dan kepustakaan tentang pemikiran para tokoh pemikir pendidikan Islam Republik Indonesia serta sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya
E.     Tinjauan Pustaka
Tulisan orang yang secara langsung membahas tokoh ini: Drs.L. Shoimun Faisal, MA., Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan Tasawuf al-Ghazali, Laporan Hasil Penelitian STAIN Mataram. Mengenai pengaruh Tasawuf al-Ghozali terhadap corak tasawuf yang dipraktikkan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Oleh karena jarang dan kurangnya penulisan tentang tokoh ini apalagi yang secara langsung mengupas pemikiran pendidikan Islamnya merupakan tantangan tersendiri dan menempatkan tulisan ini sebagai penelitian pertama yang membahas tentang pemikiran Pendidikan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
F.      Kerangka Teoritik
 Menjembatani agar ambiguitas pemahaman atas Pemikiran Pendidikan Islam Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak terjadi, penulis mengajukan pendapat Moch Eksan: Diskursus tentang pemikiran pendidikan Islam, setidak-tidaknya mencakup delapan hal yaitu[9]:
Pertama, Hakekat Pendidikan Islam: HM. Chabib Thoha mengemukakan bahwa hakekat pendidikan Islam adalah proses pemeliharaan sifat dan potensi insani untuk menumbuhkan kesadaran dalam menemukan kebenaran[10].
Kedua, Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam: menurut M. Arifin adalah membimibing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan manusia dari tahap ke tahap kehidupan anak didik sampai mencapai titik kesempurnaan yang optimal, sedangkan fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan yang dimaksud berjalan dengan baik dan lancar[11].
Ketiga, Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam: menurut Ahmad Tafsir terdiri dari: a. pertama, Al- Qur’an sebagai sumber ajaran Islam pertama, b, Hadits sebagai sumber ajaran Islam ke dua, dan c., akal disuruh untuk digunakan oleh Al Qur’an dan Hadits. Sedangkan Tujuan Pendidikan Islam berkaitan dengan tujuan Allah SWT menciptakan manusia dan menurunkannya kemuka bumi. Pertama, manusia diciptakan oleh Allah SWT supaya menjadi Abdullah (Qs. Adz- Dzariyat/ 51: 56), kedua, Allah menurunkan manusia ke muka bumi untuk menjadi khalifah fil ardhi (Qs. Al An’am/ 6:165).[12]
Keempat, Komponen Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam: ada tiga komponen dasar pelaksanaan pendidikan Islam a., orang tua b., guru dan c., murid.[13]
Kelima, Kurikulum Pendidikan Islam: menurut Prof. Dr. Nana Saodih Sukmadinata, Desain kurikulum klasik disini adalah Subject Sentred Design artinya kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah.[14]
Keenam, Metode Pendidikan Islam: M. Arifin mengungkapkan bahwa  ayat-ayat al Qur’an apabila dikaji secara filosofis, mengandung nilai-nilai metodologis dalam pendidikan, yaitu: a., mendorong manusia berfikir analitik dan sintetik dan sintentik melalui proses berfikir induktif dan deduktif, b., metode perintah dan larangan serta praktik, c., metode motivatif, baik motivasi teogenetik, sosiogenetik maupun motivasi biogenetik, d., metode situasional, dan e., metode instruksional.[15]
Ketujuh, Evaluasi Pendidikan Islam: dalam merancang  evaluasi pendidikan Islam ada empat hal yang harus diperhatikan. a, tujuan evaluasi yaiut bertujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa, kelebihan dan kekurangan guru dalam mengajar pencapaian target kurikulum, serta untuk mengetahui kontribusi program pendidikan pada masyarakat. b, alat ukur yang digunakan, maksudnya evaluasi itu dirancang dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan alat ukur yang digunakan, baik tes lisan, tes tulis maupun tes tindakan. c., acuan yang dijadikan standar yaitu acuan nilai rata-rata kelas, patokan kurikulum dan nilai etis dan normatif yang berlaku. d. pelaksanaan pengukuran apakah berlangsung secara alami atau justru sebaliknya[16]       
Kedelapan, Kelembagaan Pendidikan Islam: Muhaimin dan Abdul Mujib lebih rinci membagi lembaga-lembaga pendidikan Islam pada: a,keluarga, b., Masjid, c., pondok pesantren, d., madrasah, e., masyarakat, termasuk di dalamnya adalah organisasi social kemasyarakatan dan kepemudaan, serta media informasi dan komunikasi, baik berupa media cetak maupun elektronik.[17]
Di sini letak pentingnya telaah kembali sebuah pesan Ahli Ushul dalam kaidahnya (baca: Ushuliyah) demi memahami studi-studi Islam: al Muhafadzatu ‘ala al-Qodiimi as-Shalih wa al- Akhdzu bi al-Jadidi al Ashlah (menjaga peninggalan yang baik dan mengambil penemuan baru yang lebih baik). Kerangka ini sangat menarik untuk memberikan penegasan-evaluasi kemudian menemukan relevansi pemikiran Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam konteks kekinian yang berkaitan langsung dengan berbagai dinamika kehidupan pendidikan Islam saat ini.
Diharapkan dengan pembahasan ini dapat menemukan kembali ruh (nilai) pendidikan Islam yang sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan masyarakat karena tujuan utama dari pendidikan Islam adalah transformasi nilai untuk menjembatani kesenjangan antara pendidikan Islam dengan masyarakat.



G.    Metode Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah kajian pemikiran tokoh yang menggunakan telaah kepustakaan (Library Research) karena itu panduan utama adalah kitab-kitab yang merupakan karya Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Kajian ini mencoba memberikan gambaran tentang pemikiran seorang tokoh melalui karya-karyanya.
2.      Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu mengumpulkan atau memaparkan konsep-konsep pendidikan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid serta hubungannya dengan penomena pendidikan masa kini serta menganalisanya dengan menggunakan teori yang telah ada.
3.      Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam konteks penelitian ini Historis dan  Sosiologis  yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Sosiologis: pendekatan dengan sosiologi digunakan untuk mengetahui setting kondisi masyarakat dan lingkungan sekitar tokoh, kaitan dengan pengaruh ekstrinsik kepenulisan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam karyanya.     
                    
       

4.      Sumber Data
a.       Data Primer
Kitab-kitab hasil karya tokoh yang langsung membahas persoalan  pendidikan Islam:  Ta’limu al-Shibyan bi Ghayat al-Bayan (1354 H/1934 M), Inten Berlian Perhiasan Laki Perempuan (1371H/1951 M), Cempaka Mulia, selanjutnya disebut data primer.
b.       Data Sekunder    
Data Skunder adalah sumber data kedua atau pendukung berupa tulisan tokoh atau orang lain yang secara tidak langsung membahas pemikiran pendidikan Islam namun berkaitan dengan pembahasan tesis ini. Diantara karya yang dimaksud adalah Bintang Perniagaan, Perhiasan Manusia, Washiyat al-Musthafa, Mawa’idh al-Shalihiyah
c.       Metode pengumpulan data
Ada dua cara yang dilakukan: pertama, dokumentasi, yaitu pengumpulan sumber data primer dan tulisan orang tentang tokoh ini.   Kedua, wawancara langsung tidak terstruktur artinya wawancara bebas dengan beberapa tokoh dengan tidak menggunakan pedoman wawancara tertulis. Wawancara yang dimaskud adalah wawancara dengan  keluarga, murid dan tokoh yang berinteraksi langsung dengan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
sebagai pendukung data yang mengarah pada maksud tulisan ini.

d.       Analisis Data
      Pisau analisa yang digunakan adalah Content Analysis. Content Analysis berangkat dari aksioma bahwa studi tentang proses isi komunikasi itu merupakan dasar bagi ilmu sosial. Pembentukan dan pengalihan perilaku dan polanya berlangsung lewat komunikasi verbal. Kebudayaan dan pengalihannya di sekolah, di lembaga kerja, di berbagai institusi sosial berlangsung lewat komunikasi. Konflik sosial atau politik yang mungkin berpangkal dari kepentingan yang berbeda sukar dapat dipahami, komunikasi verbal dapat membantunya. Content Analysis merupakan analysis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi demikian Barcus. Secara teknis content analysis mencakup upaya: 1). Klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi, 2). Menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi dan 3). Menggunakan analisis tertentu sebagai pembuat prediksi.[18] Untuk mendiskripsikan cara kerja Content Analysis dalam penulisan tesis ini setidaknya ditempuh beberapa langkah pertama, teks-teks dalam tulisan Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid perlu diproses dengan aturan yang telah direncanakan, kedua, teks yang telah diproses secara sistematis; dimasukkan kedalam suatu kategori dari delapan kategori diskursus pemikiran pendidikan Islam Moch. Eksan, ketiga, dalam proses analisa diarahkan menuju jawaban relevansi pemikiran tokoh, keempat proses analisa tersebut berdasarkan pada deskripsi yang telah terlebih dahulu diuraikan.    
H.    Sistematika Pembahasan
Bagian ini membahas secara global isi tulisan yang akan dibahas. Isi selengkapnya sebagai berikut:
Bab Satu, merupakan pendahuluan, yang menggambarkan tentang penegasan judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan dengan demikian merupakan pengantar tesis ini.
Bab Dua, pada bab ini akan mendiskripsikan Biografi tokoh yang terangkum dalam pembahasan: Latar belakang sosial- keagamaan, masa kecil dan pendidikan, karya-karya, aktifitas dan perjuangan.
Bab Tiga, yang merupakan pembahasan mengenai Konsep-konsep Pendidikan Islam tokoh; yang merupakan klimaks dari pembahasan tulisan ini. Bab tiga ini merupakan titik kulminasi sebagai jawaban atas pemikiran pendidikan Islam Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Pembahasan tesis ini yang terdiri dari dua sub bab yaitu: a). Pendidikan Islam Diskursus Teoritik yang terdiri: 1. Hakekat Pendidikan Islam, 2.Tugas dan Fungsi Pendidikan, 3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam, 4. Komponen Dasar Pendidikan Islam. 5.  Kurikulum Pendidikan Islam 6. Metode Pendidikan Islam,  7. Evaluasi Pendidikan Islam 8. Kelembagaan Pendidikan Islam b. Relevansi Pemikiran Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam konteks kekinian.
Bab Empat, yang merupakan bab penutup, berisi kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan dalam penulisan ini. Di samping memuat kesimpulan, bab ini juga memuat saran-saran atas segala kekurangan penulisan ini. Di samping itu bab ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka.



















DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jamil, Perlawanan Kiai Desa Pemikiran dan Gerakan Islam KH. Ahmad Rifa’i
                        Kalisalak, (Yogyakarta: LKIS, 2001)
Darori Amin, MA, Islam dan Budaya Jawa, (Yogyakarta: Gama Media, 2000)
Depdikbud, Sejarah Pendidikan Daerah Nusa Tenggara Barat, (Jakarta: Depdikbud,
                        1984)
Fath. Zakaria, Mozaik Budaya Orang Mataram, (Mataram: Sumurmas al
                        Hamidy,1998)
M. Arifin, M.Ed., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)
M. Chabib Thoha, M.A., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka
                        Pelajar, 1996)
M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al- Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-
                        Konsep Kunci, (Jakarta: Paramadina, 1996)
Moch. Eksan, Kiai Kelana Biografi Kiai Muchith Muzadi, (Yogyakarta: LKIS, 2000)
Nana Saodih Sukmadianta, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung:
Rosda Karya, 2001)
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelititan Kualitatif Edisi IV, (Yogyakarta: Rake
                        Sarasin, 2002)
Zakiyah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992)










[1] M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al- Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm.169. 
[2] Pendapat ini didukung oleh Hamka, dengan alasan berita Cina yang mengisahkan kedatangan utusan raja Ta Cheh kepada ratu Sima. Adapun raja Tah Cheh menurut Hamka; Raja Arab dan khalifah saat itu adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Peristiwa itu terjadi pada saat Mu’awiyah melaksanakan pembangunan kembali armada Islam. Pendapat ini diperkuat dengan beberapa bukti yang berupa Makam (batu nisan), masjid, ragam hias dan tata kota. Lih. Drs. H.M. Darori Amin, MA, Islam dan Budaya Jawa, (Yogyakarta: Gama Media, 2000), hlm. 28.

[3] Depdikbud, Sejarah Pendidikan Daerah Nusa Tenggara Barat, (Jakarta: Depdikbud, 1984), hlm. 3.
[4] Alasan penulis mengambil tiga abad kemudian lebih pada data-data tokoh Islam Pulau Lombok; hal ini bukan berarti mengindikasikan selang waktu antara abad 16-19 tidak ada tokoh penyebar Islam. Kedua karena para penulis kebanyakan menggunakan abad 19 sebagai barometer ketokohan Islam setelah dijajah selama 150 tahun oleh kerajaan Hindu Bali.
[5] Fath. Zakaria, Mozaik Budaya Orang Mataram, (Mataram: Sumurmas al Hamidy,1998), hlm. 143-157.

[6] Tuan Guru Haji L.M. Turmudzi misalnya, di samping sebagai dewan syuriah NU NTB beliau juga termasuk dalam jajaran Kiai Khos NU Indoensia.
[7] Di antara para murid beliau seperti: TGH. L. MuhammadTurmuzi Badrudin- Dewan Syuriah NU NTB,TGH. Izzuddin Bukhari, TGH. Ishaq Hafidz, TGH. Asyari, TGH. Ahmad Munir, TGH. Khairi Adnan dll, Lih. L Shohimun Faishol, Soleh Chambali dan Tasawuf…,  hlm 10.
[8] Abdul Jamil, Perlawanan Kiai Desa Pemikiran dan Gerakan Islam KH. Ahmad Rifa’i Kalisalak, (Yogyakarta: LKiS, 2001), hlm. xv.

[9] Moch. Eksan, Kiai Kelana Biografi Kiai Muchith Muzadi, (Yogyakarta: LKiS, 2000), hlm 29. selanjutnya disebut “Kiai”   
[10] Chabib Thoha., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 11-12.

[11] Arifin., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 33-34.
[12] Ibid., hlm. 109.
[13] Zakiyah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 41-44.
[14] Nana Saodih Sukmadianta, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: Rosda Karya, 2001), hlm. 113.
[15] M. Arifin., Filsafat..., 113-118.

[16] Chabib Thoha, Kapita Selekta..., 49-52.

[17] Moch. Eksan, Kiai…., hlm.46-47.
[18] Noeng Muhadjir, Metodologi Penelititan Kualitatif Edisi IV, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002), Cet. II, hlm. 68.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar